Khilafah Hari Ini

Sama sekali tak pernah saya merasa jemu ketika mengikuti kelas Mahaguru Yai Mukhlas Hasyim. Selalu saja ada hal baru yang bisa didapat dari Beliau. Kadang sekedar ungkapan sederhana namun penuh makna, kadang juga pandangan baru terhadap suatu hal yang lumrah kita jumpai, dan masih banyak lagi.

Kali ini dalam kelas Tafsir, pembahasan menyinggung perihal penegakan khilafah (subuah sistem pemerintahan yang dipimpin oleh khalifah/pemimpin yang manaungi seluruh umat islam dalam berbagai aspek kehidupan), suatu hal yang sejak setelah runtuhnya kekhilafah terahir (Kesultanan Utsmaniyyah/Ottoman Empire) sampai sekarang tak sepi dari perdebatan dan perselisihan.

Abah (begitu Yai Mukhlas Hasyim biasa disapa) menjelaskan -dengan bahasa Arab fusha yang jelas dan gamblang- bahwa kita memang butuh penegakan khilafah, tetapi ini menjadi kebutuhan yang paling puncak, yaitu setelah kebutuhan lain yang menyokongnya terpenuhi.

Hal ini sama juga apabila ditanyakan kepada kita yang masih sekolah, Apa kita butuh nikah?, jawabnya pasti iya, tetapi tidak sekarang, mungkin setelah menuntaskan pendidikan, selesai Aliyah, S1 dan sebagainya.

Yang sekarang benar benar kita -umat Islam- butuhkan adalah permbenahan di sektor ekonomi, politik, kemasyarakatan dan lain lain. Kalau semua sektor itu sudah baik, maka tak perlu ada segolongan orang yang ngoyo kampanye mengajak umat Islam untuk menegakkan kekhilafahan pun, kekhilafahan akan dengan otomatis tertegakkan.

Sekarang kita sedikit berbicara politik. “Apakah seorang Presiden, nda usah Presiden lah, sekelas menteri saja, apakah ada diantara mereka yang mau memberikan jabatannya kepada orang lain dengan suka rela?”, “Tidak! Jawabnya pasti tidak!”.

Kemudian, “Apa ada seorang anak yang ketika Ayahnya sedang berkendara sepeda motor lalu ditengah jalan ia cegat sang Ayah, dan dengan paksa ia turunkan Ayahnya lalu begitu saja sang Ayah ditinggalkan dipinggir jalan?”, Pasti juga kita tidak pernah menemukan kejadian yang seperti ini.

Tetapi hal itu terjadi di dalam dunia politik, sang anak yang mengkudeta kekuasaan Ayahnya tidak sedikit terjadi di pemerintahan negara-negara di dunia ini, bahkan negara Islam sekalipun, seperti Saudi. Itulah bukti bahwa uang dan jabatan bak Tuhan yang disembah umat sekarang.

Nah, kalau seperti itu, kita sekarang bisa membayangkan, betapa sekarang ini sulit untuk kekhilafahan ditegakkan. Pemerintah Indonesia, misalnya, tak akan mungkin rela dengan begitu saja apabila pemerintahan dibubarkan karena harus mengikuti titah kekhilafahan. Begitu juga dengan Malaysia, Pakistan dan lain lain, para pejabat tak akan rela apabila jabatannya dicabut dengan paksa -apalagi- dengan suka rela dan begitu saja.

Lalu rakyat, pastinya rakyat suatu negara tak akan rela apabila tanah airnya dibubarkan demi tegaknya kekhilafahan. Rakyat Indonesia pasti tak akan sudi apabila NKRI dibubarkan dan kekuasaannya digabung dibawah naungan kekhilafahan, bukan?, Begitu juga dengan rakyat negara berpenduduk Islam lainnya. Berat.

Maka dari itu, usaha Hizbut Tahrir yang menginginkan tegaknya kekhilafahan hari ini seperti mimpi di siang bolong.

Sekali lagi, tegaknya kekhilafahan tidak bisa instan. Harus melalui proses panjang dengan melakukan pembenahan di segala sektor kehidupan umat Islam seluruh dunia.

Wallahua’lam.

This entry was posted in Sepercik. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *